PROXIMITY (KEDEKATAN/JARAK) DALAM PERSPEKTIF BERBAGAI BUDAYA DAN ISLAM





            Segala aspek dalam komunikasi nonverbal merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi. Proximity (kedekatan/jarak) salah satu aspek komunikasi nonverbal yang juga berpengaruh, setiap individu atau kelompok  sebenarnya memiliki batas pribadi/wilayah yang menjadi wilayah (territory) tetap mereka dalam bergaul, seperti rumah dan ruang kantor. Setiap individu memiliki wilayah yang dinamis dan lebih spesifik lagi, yaitu ruang pribadi (personal space) atau zona pribadi (personal zone) yang akan membatasi seseorang dan akan menjadi ciri khasnya dalam berkomunikasi, setiap orang tentunya memiliki jarak/batas tertentu dalam berbicara dengan orang lain. Secara khusus, proksemik mengacu pada penggunaan ruang (space) dalam berkomunikasi, yaitu studi mengenai bagaimana manusi secara tidak sadar membuat struktur terhadap ruang dimana ia berada.

            Gagasan awal ruang pribadi ini berasal dari Edward T. Hall dalam bukunya The Hidden Dimension yang terbit pada tahun 1966. Ia menggunakan proksemika (proxemics) untuk merujuk kepada studi tentang bagaimana orang-orang menggunakan ruang sebagai perluasan khusus dari budaya. Hall menyebut ruang pribadi sebagai “Dimensi Tersembunyi” karena Ia yakin bahwa kebanyakan penafsiran ruang tersebut diluar kesadaran kita. Sementara itu, Burgoon mendefinisikan ruang pribadi sebagai “volume ruang yang tak terlihat dan dapat merubah yang mengitari seorang individu yang menetapkan jarak yang disukai individu tersebut dari orang lain”.

Hall menentukan tiga tipe dasar ruang yaitu sebagai berikut :
1.      Anggota ruang tetap (fixed-feature space) yang terdiri atas benda benda yang tidak dapat dipindahkan seperti dinding dan kamar.
2.      Anggota ruang semi tetap (semifixed-feature space) yaitu benda-benda yangdapat dipindahkan seperti perabot.
3.      Ruang informal (informal space) yaitu wilayah pribadi disekujur tubuh yang bergerak mengikuti tubuh dan menentukan jarak diantara individu.

Beberapa ahli melihat jarak/kedekatan dari sudut ruang dan posisi, misalnya posisi meja dan tempat duduk. Sommer (1961) dalam bukunya Leadership and Group Geography menemukan, bahwa para pemimpin yang duduk di depan meja segi empat persegi panjang, cenderung dipilih sebagai pimpinan kelompok, sedangkan Here dan Bales (1963) menemukan bahwa orang yang banyak bicara dalam rapat umumnya duduk pada kursi yang lebih tinggi. Hal yang mirip juga ditemukan Flor (1985) dalam risetnya, bahwa posisi meja para eksekutif pada suatu kantor senantiasa cenderung pada posisi sudut ruang disbanding karyawan lainnya.

Edward T. Hall (1959) membagi kedekatan menurut territory atas empat macam, yakni sebagai berikut :
1.      Wilayah intim (rahasia), yakni kedekatan yang berjarak antara 3-18 inchi.
2.      Wilaya pribadi, ialah kedekatan yang berjarak antara 18 inchi hingga 4 kaki.
3.      Wilayah sosial, ialah kedekatan yang berjarak 4 sampai 12 kaki.
4.      Wilayah umum (public), ialah kedekatan yang berjarak antara 2 sampai 12 kaki atau sampai suara kita terdengar dalam jarak 25 kaki.

Ketika orang terlibat dalam percakapan, terdapat delapan faktor yang terlibat dalam hal bagaimana mereka menggunakan ruang :
1.      Posture-sex factors : mencakup jenis kelamin peserta percakapan (partisipan) dan posisi tubuh mereka (berdiri, duduk, dan berbaring).
2.      Sociofugal-sociopetalaxis : kata “sociofugal” berarti memperlemah interaksi sedangkan “sociopetal” berarti memperkuat interaksi. Axisadalah sudut bahu relatif terhadap lawan bicara, mereka yang terlibat dalam percakapan bisa saling berhadap-hadapan, saling membelakangi atau berada pada posisi lainnya. Beberapa posisi tertentu seperti berhadapan (face to face) akan mendorong interaksi sedangkan posisi lainnya seperti saling membelakangi akan memperlemah interaksi.
3.      Faktor Kinesthetic : ini adalah kedekatan para indvidu dalam hal sentuhan. Para individu berada dalam jarak atau jangkauan yang dapat menimbulkan kontak fisik atau dalam jarak terdekat.
4.      Perlaku sentuhan : para individu melakukan belaian dengan genggaman, membuat tekanan, sentuhan dan sebagainya.
5.      Tanda visual  : misalnya melakukan kontak mata
6.      Tanda panas : penerimaan panas tubuh dari lawan bicara ata sebaliknya.
7.      Tanda bau : jenis dan derajat bau yang diterima lawan bicara.
8.      Kekerasan suara ; kekerasan suara dapat memengaruhi ruang atau jarak antara individu.

Menurut Hall, cara bagaimana ruangan diatur dan digunakan dalam interaksi merupakan masalah budaya. Perbedaan rasa atas indra (sense) seperti pandangan, penciumn dan segalanya adalah hal penting pada berbagai budaya yang berbeda. Dibeberapa negara seperti Amerika Serikat, indera penglihatan dan pendengaran adalah bersifat dominan. Di Arab penciuman merupakan hal penting, sedangkan pada kebudayaan lain sentuhan merupakan hal yang penting. Secara umum indera yang paling dominan dalam suatu negara akan menentukan cara bagaimana mengatur dan menggunakan ruang.

            Orang-orang Amerika terkesan dingin dan menjaga jarak dengan orang lain, mereka cenderung lebih individualis, akan aneh jika tanpa sebab kita (sebagai orang yang baru dikenal) langsung berdiri terlalu dekat dengan mereka dalam berbicara. Hal tersebut juga terjadi pada orang Jepang yang berstatus bos dengan pegawainya, mereka biasanya berdiri agak renggang ketika berbicara. Orang-orang Amerika Latin dan orang-orang Arab cenderung memiliki kesamaan yaitu berbicara lebih rapat dari pada orang-orang Amerika.

            Pada umumnya setiap orang memiliki jarak tertentu dalam berbicara dengan orang lain, hal tersebut merupakan privasi tersendiri pada setiap orang. Orang-orang Indonesia termasuk orang-orang yang menjaga jarak dalam berbicara dengan orang lain apalagi orang baru mereka kenal. Hal tersebut juga berhubungan dengan tata karma dan adab kesopanan, yang seperti kita ketahui bahwa orang Indonesia (orang timur) terkenal dengan sopan santunnya juga tata kramanya. Apabila lawan berdiri terlalu dekat dengan kita pasti dengan mudah kita beranggapan bahwa lawan bicara kita ini kurang sopan. Hal tersebut merupakan yang menjadi poin penting dalam pembatasan (jarak) dalam berbicara.

Jarak dalam berkomunikasi bukan hanya antara kita dengan lawan bicara secara umum, tetapi lawan bicara seperti apa yang harus kita beri jarak. Hal tersebut bisa jadi jarak antara perempuan dan laki-laki dalam berbicara, antara orang tua dan anak, antara sahabat dan teman, antara majikan dan anak buah, antara yang muda dan yang tua dan lain sebagainya.Kita sering menyimpulkan keakraban seorang dengan orang lain dari jarak mereka, seperti yang kita amati. Kita menangapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan kita. Dan caranya orang mengatur ruang mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu.

Setiap wilayah memiliki batas-batas tertentu dalam berbicara, jika di Jawa jarak tersebut berlangsung antara kasta-kasta dan terlebih antara perempuan bangsawan dan laki-laki bangsawansedangkan di Aceh jarak lebih terlihat antara laki-laki dan perempuan, terlebih lagi dengan adanya pelaksanaan syariat Islam yang terbilang cukup bisa menjadi acuan.

Orang-orang di Aceh menjaga jarak antara laki-laki dan perempuan, jarak antara orang tua dan anak, antara sahabat dan teman, antara majikan dan anak buah, antara yang muda dan yang tua dan lain sebagainya dengan juga berpedoman dengan yang diajarkan Islam. Tetapi yang paling penting adalah jarak antara laki-laki dan perempuan, diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan antara laki-laki dan perempuan.Contohnya orang-orang di Aceh bila mengadakan suatu acara (event), konser dan lain sebagainya penonton laki-laki dan perempuannya dipisah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan yang dapat merugikan.

Dalam firman Allah dalam surah An- Najm ayat 9, yang artinya :
Sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi)”.
Dalam surah ini beberapa ayat sebelum ayat 9 dan beberapa ayat sesudahnya menjelaskan tentang penerimaan wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Ayat 9 menjelaskan tentang jarak antara Nabi Muhammad saw dengan malaikat Jibril dalam peyampaian wahyu dengan tujuan agar surah tersebut dimengerti oleh Nabi Muhammad saw. Dalam firman allah yang lain juga terdapat jarak, akan tetapi tidak membahas tentang jarak antara pembicara dengan lawan bicara melainkan mengenai jarak yang menghubungkan satu kota dengan kota lainnya (jarak perjalanan).

Jarak antara laki-laki dan perempuan lebih cenderung memiliki batas yang sangat besar dan tak terlihat tetapi dapat dipahami oleh masyarkat.Jarak antara sahabat terlihat lebih akrab dibandingkan dengan sekedar teman biasa, tentunya laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan merupakan persahabatan umum yang terlihat tetapi ada beberapa orang juga memiliki sahabat laki-laki atau perempuan.Hal tersebut tidak menjadi penghlang asalkan masih pada batas-batas tertentudan tidak melenceng dari agama.

Orang tua dan anak memiliki jarak yang sangat dekat, hal tersebut menunjukkan kasih sayang antara mereka.Keakraban mereka merupakan jarak yang sangat terlihat, akrab berarti kasih sayang antara mereka sangat besar.Antara orang yang dituakan dan anak muda juga memiliki jarak, jarak disini diartikan sopan santun yang harus di tunjukkan orang yang lebih muda kepada yang tua.Tak heran juga antara yang tua dan yang muda terliat akrab, itu berarti mereka sudah mengenal lama dan sudah seperti keuarga.

Dalam Islam juga kita harus mengetahui batas-batas yang boleh kita dekati dan tidak boleh kita dekati.Contohnya jarak antara laki-laki dan perempuan, seperti firman Allah dalam surah An-Nur ayat 30-31 tentang laki-laki dan perempuan.

Al-quran surah An-nur ayat 30, yang artinya :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka  perbuat”.

Al-quran surah An-nur ayat 31, yang artinya :
“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atu putra-putra suami mereka,atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesame Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.







Komentar